“Penyebab Faringitis dan Intervensi Faringitis pada Anak”
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi diberikan penilaian awal dengan menggunakan McIsaac
Score dan pasien diuji dengan menggunakan RADT. Hasil antara McIsaac
Score dengan RADT selanjutnya dibandingkan. Didapatkan sebanyak 124
pasien yang dicurigai memiliki faringitis bakteri. Dari pasien yang terkumpul,
sebanyak 42 pasien mendapatkan nilai scoring 3; 55 pasien mendapatkan scoring
4; dan sebanyak 27 pasien mendapatkan scoring 5. Dari seluruh pasien yang terkumpul
dan dilakukan pengujian dengan menggunakan RADT, hanya 18 pasien yang
memberikan hasil positif. Dari 18 pasien positif Strep Test, sebanyak 6
pasien memberikan score 3; 8 pasien memberikan score 4; dan 4 pasien memberikan
score 5. Pemeriksaan dengan menggunakan McIsaac Score yang dilanjutkan
dengan pemeriksaan menggunakan RADT dapat digunakan sebagai penentu Streptococcus
group A sebagai penyebab faringitis (1) .
Tahun 1977, Breese15 merumuskan sistem penilaian
pertama berdasarkan 9 fitur epidemiologi, klinis, dan laboratorium. Skor Breese
tidak dapat diandalkan untuk anak-anak, namun, terutama mereka yang berusia
<3 tahun. Risiko infeksi GABHS dikaitkan dengan peningkatan skor, berkisar
antara 2,5% untuk skor 0; 6% sampai 6,9% untuk skor 1; 14,1% sampai 16,6% untuk
skor 2; 30,1% sampai 34,1% untuk skor 3; dan 55,7% untuk skor 4. Skor pediatrik
diajukan oleh McIsaac et al pada tahun 2000, memodifikasi skor Centor dkk
dengan menambahkan informasi umur pasien. Skor McIsaac divalidasi oleh Choby2
dalam setting rawat jalan yang melibatkan 620 subjek, Data Choby merujuk pada
keseluruhan populasi, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Prevalensi
keseluruhan infeksi GABHS adalah 17% dan mencapai 34,8% di antara penelitian
anak-anak. Pada anak-anak, skor McIsaac sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing adalah 92,6% dan 72,3%. Faringitis banyak terjadi pada anak-anak
usia kurang dari 3 tahun (2) .
Hasil penelitian
menunjukan madu alami dan madu kemasan dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus beta
hemoliticus Group A dengan diameter daya hambat terbesar pada madu
alami adalah 14 mm dan madu kemasan 11 mm. Berdasarkan uji analisis Kruskal-Wallis yang
dilanjutkan dengan post-hoc Mann-Whitney terdapat perbedaan
yang signifikan antara daya hambat madu alami dengan madu kemasan dengan
nilaip=0,004 (p<0,05). Kesimpulan hasil penelitian
adalah madu alami dan madu kemasan memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan Streptococcus beta hemoliticus Group A. Madu alami
memiliki daya hambat yang lebih kuat dibandingkan madu kemasan. Madu alami
dapat digunakan untuk proses pencegahan yang baik untuk penyakit faringitis (3) .
Tinjauan sistematis
yang membandingkan kemanjuran dan keamanan azitromisin terhadap antibiotik lain
untuk faringitis akut pada orang dewasa dan anak-anak tidak ditemukan bukti
kemanjuran yang berbeda antara azitromisin dan pembanding lainnya. Obat
pembandingnya adalah penisilin (n = 7), klaritromisin (n = 3), cefaclor (n =
3), eritromisin (n = 1), roxythromycin (n = 1) dan co-amoxiclav (n = 1), semua diresepkan
selama 10 hari. Tingkat kesembuhan klinis untuk amoksisilin dan penisilin
adalah 86% dan 92%, masing-masing mengkonfirmasikan bahwa amoksisilin bisa
menjadi cara alternatif untuk pengobatan streptococcal tonsillopharyngitis pada
anak-anak. Penisilin dan amoksisilin juga didukung oleh cukupnya spektrum
antibakteri dan biaya lebih rendah. (4)
Antibiotik diresepkan
sebanyak 60% faringitis untuk anak-anak. Penelitian yang dilakukan Kathleen, antibiotik
yang diresepkan dokter adalah penicillin sebanyak 12% dan amoxicillin sebanyak
49%. Antibiotik jenis penicillin dan amoxicillin adalah antibiotik yang sering
diresepkan dokter. (5)
1. PENENTUAN Streptococcus Group A PENYEBAB
FARINGITIS PADA ANAK. Dewi, A A A S, et al., Bali : s.n.,
2013, Vol. 16.
2. Management of
Acute Pharyngitis in Children: Summary of the Italian National Institute of
Health Guidelines. Chiappini Elena, et al. 6, Italy : s.n.,
2012, Vol. 34.
3. Perbandingan
Daya Hambat Madu Alami dengan Madu Kemasan secara In Vitro terhadap Streptococcus
beta hemoliticus Group A sebagai Penyebab Penyakit Faringitis . Alioes,
Yustini, Rasyid, Roslaili and Wineri, Elsi. Medan : s.n., 2014.
4. Guideline for
the Management of Acute Sore Throat. Clinical Microbiology and
Infection. s.l. : ESCMID, 2012, Vol. 18.
5. Overprescribing
and Inappropriate Antibiotic Selection for Children With Pharyngitis in the
United States, 1997-2010. L Kathleen, et al. Canada : s.n.,
2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar