Jumat, 03 November 2017

Penyebab Faringitis dan Intervensi Faringitis pada Anak


“Penyebab Faringitis dan Intervensi Faringitis pada Anak”


Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi diberikan penilaian awal dengan menggunakan McIsaac Score dan pasien diuji dengan menggunakan RADT. Hasil antara McIsaac Score dengan RADT selanjutnya dibandingkan. Didapatkan sebanyak 124 pasien yang dicurigai memiliki faringitis bakteri. Dari pasien yang terkumpul, sebanyak 42 pasien mendapatkan nilai scoring 3; 55 pasien mendapatkan scoring 4; dan sebanyak 27 pasien mendapatkan scoring 5. Dari seluruh pasien yang terkumpul dan dilakukan pengujian dengan menggunakan RADT, hanya 18 pasien yang memberikan hasil positif. Dari 18 pasien positif Strep Test, sebanyak 6 pasien memberikan score 3; 8 pasien memberikan score 4; dan 4 pasien memberikan score 5. Pemeriksaan dengan menggunakan McIsaac Score yang dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan RADT dapat digunakan sebagai penentu Streptococcus group A sebagai penyebab faringitis (1).
Tahun 1977, Breese15 merumuskan sistem penilaian pertama berdasarkan 9 fitur epidemiologi, klinis, dan laboratorium. Skor Breese tidak dapat diandalkan untuk anak-anak, namun, terutama mereka yang berusia <3 tahun. Risiko infeksi GABHS dikaitkan dengan peningkatan skor, berkisar antara 2,5% untuk skor 0; 6% sampai 6,9% untuk skor 1; 14,1% sampai 16,6% untuk skor 2; 30,1% sampai 34,1% untuk skor 3; dan 55,7% untuk skor 4. Skor pediatrik diajukan oleh McIsaac et al pada tahun 2000, memodifikasi skor Centor dkk dengan menambahkan informasi umur pasien. Skor McIsaac divalidasi oleh Choby2 dalam setting rawat jalan yang melibatkan 620 subjek, Data Choby merujuk pada keseluruhan populasi, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Prevalensi keseluruhan infeksi GABHS adalah 17% dan mencapai 34,8% di antara penelitian anak-anak. Pada anak-anak, skor McIsaac sensitivitas dan spesifisitas masing-masing adalah 92,6% dan 72,3%. Faringitis banyak terjadi pada anak-anak usia kurang dari 3 tahun (2).
Hasil penelitian menunjukan madu alami dan madu kemasan dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus beta hemoliticus Group A dengan diameter daya hambat terbesar pada madu alami adalah 14 mm dan madu kemasan 11 mm. Berdasarkan uji analisis Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan post-hoc Mann-Whitney terdapat perbedaan yang signifikan antara daya hambat  madu alami dengan madu kemasan dengan nilaip=0,004 (p<0,05). Kesimpulan hasil penelitian adalah madu alami dan madu kemasan memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus beta hemoliticus Group A. Madu alami memiliki daya hambat yang lebih kuat dibandingkan madu kemasan. Madu alami dapat digunakan untuk proses pencegahan yang baik untuk penyakit faringitis (3).
Tinjauan sistematis yang membandingkan kemanjuran dan keamanan azitromisin terhadap antibiotik lain untuk faringitis akut pada orang dewasa dan anak-anak tidak ditemukan bukti kemanjuran yang berbeda antara azitromisin dan pembanding lainnya. Obat pembandingnya adalah penisilin (n = 7), klaritromisin (n = 3), cefaclor (n = 3), eritromisin (n = 1), roxythromycin (n = 1) dan co-amoxiclav (n = 1), semua diresepkan selama 10 hari. Tingkat kesembuhan klinis untuk amoksisilin dan penisilin adalah 86% dan 92%, masing-masing mengkonfirmasikan bahwa amoksisilin bisa menjadi cara alternatif untuk pengobatan streptococcal tonsillopharyngitis pada anak-anak. Penisilin dan amoksisilin juga didukung oleh cukupnya spektrum antibakteri dan biaya lebih rendah. (4)
Antibiotik diresepkan sebanyak 60% faringitis untuk anak-anak. Penelitian yang dilakukan Kathleen, antibiotik yang diresepkan dokter adalah penicillin sebanyak 12% dan amoxicillin sebanyak 49%. Antibiotik jenis penicillin dan amoxicillin adalah antibiotik yang sering diresepkan dokter. (5)


 Daftar Pustaka
1. PENENTUAN Streptococcus Group A PENYEBAB FARINGITIS PADA ANAK. Dewi, A A A S, et al., Bali : s.n., 2013, Vol. 16.
2. Management of Acute Pharyngitis in Children: Summary of the Italian National Institute of Health Guidelines. Chiappini Elena, et al. 6, Italy : s.n., 2012, Vol. 34.
3. Perbandingan Daya Hambat Madu Alami dengan Madu Kemasan secara In Vitro terhadap Streptococcus beta hemoliticus Group A sebagai Penyebab Penyakit Faringitis . Alioes, Yustini, Rasyid, Roslaili and Wineri, Elsi. Medan : s.n., 2014.
4. Guideline for the Management of Acute Sore Throat. Clinical Microbiology and Infection. s.l. : ESCMID, 2012, Vol. 18.
5. Overprescribing and Inappropriate Antibiotic Selection for Children With Pharyngitis in the United States, 1997-2010. L Kathleen, et al. Canada : s.n., 2014.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar